Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta pada Selasa sore ini melemah kembali terpengaruh oleh sentimen global, terutama perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
“AS mulai mengenakan tarif 15 persen terhadap berbagai barang China pada Minggu (1/9/2024) lalu dan China juga mulai mengenakan bea baru pada minyak mentah AS,” kata Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi di Jakarta Selasa.
Terpantau, pergerakan rupiah pada Selasa sore ini melemah 31 poin atau 0,22 persen menjadi Rp14.225 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.194 per dolar AS.
Ibrahim Assuaibi mengatakan ketegangan dagang itu juga telah mendorong China untuk mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, China tidak merinci kasus hukumnya, namun tindakan tarif terbaru oleh AS dinilai melanggar konsensus yang dicapai oleh para pemimpin China dan AS dalam pertemuan di Osaka, Jepang.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah lebih dalam bisa dihindari menyusul intervensi Bank Indonesia (BI) melalui perdagangan valas dan obligasi di pasar Ddomestic Non Deliverable Forward (DNDF). DNDF merupakan salah satu instrumen lindung nilai bagi pelaku ekonomi di pasar valuta asing domestik.
Di sisi lain, lanjut dia, pemerintah juga merasa optimis Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga tahun 2024 masih di atas 5 persen.
“Apalagi setelah ada dukungan data ekonomi dalam negeri yang cukup bagus, yaitu data inflasi bulan Agustus sebesar 0,12 persen lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar di 0,16 persen,” katanya.
Ia memprediksi untuk perdagangan besok (Rabu, 4/9) mata uang rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.200-Rp14.256 per dolar AS. Pergerakan rupiah masih akan berfluktuasi dengan kecendrungan melemah, tapi dalam rentang tipis.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.217 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.190 per dolar AS.
BACA JUGA :